Rogue One: I am one…

Pic: denofgeek.com

“The force is with me and I am one with the force..” 

Kalimat tadi itu tasawuf banget. The Force atau ‘Kekuatan’ besar itu yang menjaga kita, memberi perlindungan dan kekuatan, memberanikan, menguatkan. Menyatu dengan kita, manusia.

Demikian. Selamat malam.

Seniman atau Salesman

Advertising atau periklanan itu sama semangat dan tujuannya dengan salesman. Ya jualan,  tentunya dengan cara dan pengukuran keberhasilan yang berbeda dari salesman mobil di showroom mobil misalnya. Jadi ya advertising itu suatu kerjaan yang biasa saja. Standar. Tugasnya sama beratnya dengan mas atau mbak UNICEF di mal yang selalu minta waktu untuk ngobrol tapi selalu kita cuekin. Menjadi lucu kalau ada yang melihat advertising sebagai pekerjaan seni, misalnya. Atau malah digolongkan dalam pekerjaan yang masuk ranah dunia hiburan atau entertainment. Bisa-bisa diomelin David Ogilvy!

Bagi anak lama di biro iklan harusnya sudah paham penjelasan di atas atau mungkin masih ada yang ngotot bahwa dirinya seniman? Bagi anak baru yang baru masuk ke industri ini, semoga penjelasan singkat di atas bisa bikin sadar bahwa kalian bukan seniman atau entertainer atau bahkan manajer artis. Kalian salesman. Apa pun media iklannya, digital atau tradisional, modern atau jadul, masa kini atau masa gitu, kalian tetap salesman. Menyesal? Belum terlambat untuk jadi seniman beneran kok. Silakan.

Menangis

Tidak semua orang berpendapat, menangis itu wajar. Terutama bagi orang yang melihatnya dari cara pandang yang dilatarbelakangi oleh kepentingan, afiliasi politik, dan keberpihakan. Robert Smith pun melarang lelaki untuk menangis dan menyembunyikan air mata.
Manusia itu menangis. Biasa saja. Tidak istimewa. Bayi lapar, ia menangis. Kalau jatuh terlindas bajaj, silakan menangis. Ditinggal wafat orang yang disayang, menangislah. Ditinggal pacar yang sebenarnya tidak penting untuk ditangisi, pun silakan menangis. Kalau rumahnya digusur, wajar juga untuk menangis. Kalau disakiti harga dirinya, normal sekali menangis. Menyesali  sesuatu, juga kadang perlu menangis.

Maka, menangislah, sewajarnya.

Sing: Bukan Karena Uang

Kita menulis, bukan karena uang. Kita melukis bukan karena uang. Kita bermusik, bukan karena uang. Kita bernyanyi bukan karena uang. Intinya, kita berkarya bukan karena uang. Uang menarik, menarik banget, tapi untuk seni, nilai bukan semata-mata didapat dari uang. Menyenangkan dan menghibur orang lain, karya yang terapresiasi, kebebasan ekspresi, enjoyment, dan lain-lain itulah nilainya. 

Masa’ iya ada orang berproduksi tanpa mikir uang? Berkarya tanpa mikir uang mungkin ungkapan yang gak masuk akal. Ya kalau kita sudah milih jadi seniman, memang kita bukan orang yang pakai akal, apalagi pakai ayat, tapi pakai rasa.